DIARYKU #1
Nama : Aprita Nur Rachma
NIM :
18413241025
Prodi : Pendidikan Sosiologi A
"Sore Bersama Bapak"
Beberapa hari lalu, ada sebuah obrolan yang membuatku cukup
merenung. Jadi, sore itu aku dan bapak duduk berdua di ruang tengah. Bapak
duduk di kursi favoritnya, dan aku di sampingnya. Kebetulan, pada saat itu
hanya ada aku dan bapak di rumah, sedagkan ibu dan kakakku sedang berkegiatan
di luar. Untuk membunuh waktu, kami pun mengobrol santai. Entah topik apa yang
membawa pembicaraan kami menuju ke arah ini. Seingatku, di awal obrolan bapak
hanya menceritakan beberapa kehidupannya di masa muda. Bapak bercerita tentang
tantangan hidup di masa mudanya yang tak membuatnya menyerah. Berbagai
kerikil-kerikil kehidupan pernah bapak alami di masa mudanya. Kata bapak, zaman
dahulu mau sekolah saja susah. Sewaktu SMA, bapak harus naik kereta api untuk
sampai ke sekolah karena bapak hidup di pedesaan yang notabenenya belum banyak
sekolah-sekolah bagus di sana. Jadi, bapak memilih untuk sekolah di kota
meskipun harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Biaya sekolah pun cukup besar,
terlebih saudara bapak banyak dan sudah yatim sejak kecil. Hal ini menjadi
pelajaran bagiku agar lebih banyak bersyukur dengan segala kemudahan hidup yang
aku dapat dan tidak mudah mengeluh dalam setiap kondisi.
Bapak juga menjadikan segala
kesulitan yang ia alami sebagai motivasi untuk terus maju. Singkat cerita,
sebelum masuk ke dunia kerja yang juga penuh rintangan, bapak sempat menempuh
D2 pendidikan guru di salah satu perguruan tinggi. Namun, tidak berlanjut
sampai lulus karena suatu hal sehingga bapak memilh untuk mendaftar kerja di
tanah peratauan. Meskipun belum sampai lulus, bapak jadi punya pengalaman dan
ilmu tentang bagaimana menjadi guru yang masih diingat betul hingga sekarang.
Ilmu tersebut bapak bagikan kepada saya selaku anaknya sekaligus mahasiswa
jurusan Pendidikan Sosiologi di UNY yang (InsyaAllah) nantinya juga akan
menjadi seorang guru. Kata bapak, jadi guru itu harus bisa menjadi teladan baik
bagi muridnya, karena bagaimanapun sikap guru nantinya akan dicontoh si murid. Mulai
dari gaya pakaiannya, gaya bicara, sampai setiap gerak-geriknya. Jadi guru juga
harus pandai bercerita, agar nantinya bisa banyak bercerita tentang pengalaman masa
lalunya untuk dijadikan pelajaran bagi sang murid. Selain itu, juga harus bisa menghadapi
berbagai karakter anak, maka dari itu ada yang namanya ilmu jiwa mengajar. Dan
menurut bapak, itu semua harus dilatih dan dibiasakan mulai dari sekarang.
Betul juga, batinku. Jika tidak dimulai dari sekarang, besok pasti kelabakan.
Wejangan dari bapak yang satu ini cukup menggugah semangatku untuk terus
belajar dan belajar dalam mempersiapkan diri menjadi calon guru di masa depan.
Komentar
Posting Komentar