DIARYKU #2


Nama               : Aprita Nur Rachma
NIM                 : 18413241025
Prodi                : Pendidikan Sosiologi A


"Sekarang Kita Cerita Tentang Hari Itu"

            Beberapa waktu yang lalu, ibuku bercerita. Beliau menceritakan suatu hal yang sudah jarang terjadi belakangan ini. Jadi, ibuku pergi ke rumah salah satu tetangga kami. Penghuni rumah tersebut adalah seorang ayah satu anak yang sudah tak beristri, isterinya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu karena sakit. Sedangkan anak perempuannya berumur 8 tahun saat ini. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah, yang sebenarnya sudah tak layak disebut rumah. Bagaimana tidak, kondisi rumahnya sudah benar-benar memprihatinkan. Beralantai tanah, berdinding anyaman bambu yang sudah berlubang di mana-mana, beratap genteng yang beberapa sudah tidak rapat. Kalau hujan turun, bisa dibayangkan bagaimana kondisinya.
Bapak ini adalah seorang guru mengaji, yang biasa mengajari ibu-ibu di desa kami supaya fasih dalam membaca Al-Qur’an. Ibuku adalah salah satu muridnya, meskipun usia ibuku lebih tua daripada bapak ini namun bukannya belajar itu tidak mengenal usia. Yang ibuku ceritakan padaku adalah tentang anak perempuan dari bapak ini, Lulu namanya. Ketika ibuku datang ke rumahnya untuk memberikan makanan, Lulu mengucapkan terima kasih kepada ibuku. Tak hanya itu, Lulu juga mendoakan ibuku dengan sederet kalimat panjang dan dengan bahasa orang dewasa yang ibuku saja sampai tidak bisa menirukannya. Seperti sudah dihafalkan. Dan ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, namun setiap kali ibuku mendatanginya untuk memberi sesuatu pasti Lulu akan mengucapkan kalimat yang sama. Ya, kami para tetangganya memang sering memberikan perhatian khusus kepada Lulu si anak kecil yang sudah piatu ini. Aku tertawa geli saat mendengar cerita dari ibuku, namun jauh dilubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya aku salut dengan Lulu dan ayahnya. Anak sekecil itu dapat berpikir layaknya orang dewasa yang apabila diberi sesuatu oleh seseorang maka ia harus mendoakannya. Bahkan, terkadang orang yang sudah dewasa saja lupa akan hal ini. Ya walaupun pasti Lulu disuruh oleh ayahnya untuk melakukan itu tetapi menurutku ini adalah hal yang sudah jarang terjadi. Aku salut betul dengan bapak ini karena meskipun hidup mereka terbilang sulit, namun ia tak lupa untuk mengajarkan etika berperilaku kepada anaknya. Dimana ia harus berterima kasih kepada seseorang yang telah berjasa padanya. Hebatnya, ketika orang lain yang bernasib sama dengannya atau bahkan sedikit lebih beruntung daripadanya banyak yang menjadi peminta-minta, namun bapak ini memilih untuk mencari uang menggunakan cara yang diridhoi Allah dengan apa yang ia bisa. Oh iya, bapak ini juga merupakan seorang dengan keterbatasan fisik. Namun, semangat hidupnya luar biasa.
Yang sering terjadi saat ini, orang-orang yang hidupnya sulit justru memilih menggunakan cara instan untuk mendapatkan uang, dengan mengemis misalnya. Bukan soal mengemisnya. Namun, apakah mereka ingat untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan (bersyukur) dan kepada orang yang telah memberi? Rasanya jarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIARYKU #1

DIARYKU #3

ARTIKEL KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM