DIARYKU #10
Nama : Aprita Nur Rachma
NIM : 18413241025
Prodi : Pendidikan Sosiologi 2018 A
4
MEI 2020
“Kondisi Ini Bukan Hanya Tentang
Kita, Tapi Juga Mereka”
Akhir-akhir ini, di tengah kondisi yang carut marut ini, banyak
kabar kurang mengenakkan yang menjadi konsumsi hampir setiap hari. Di derah
sekitar tempat tinggalku, warga sedang diresahkan oleh kabar-kabar pencurian.
Tak jarang, hal ini mengganggu tidur kami yang seharusnya nyenyak ketika malam
hari. Belum lama, desa tetangga sudah kebobolan. Beberapa hari kemudian desa
sebelah lagi menyusul, namun pencurinya berhasil dipergoki warga. Yang konyol,
ketika si pencuri ini ditanyai apa alasannya melakukan tindakan merugikan orang
lain tersebut jawabnya “karena gabut” alias gaada butuh. Sebuah jawaban ngawur
yang mungkin itu spontan terlontar dari mulutnya karena sudah terlanjur tidak
punya muka. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam bisa jadi ia menangis
karena terpaksa melakukan hal itu. Mungkin karena sudah tidak punya cara lagi
untuk mencari uang demi menghidupi keluarganya, sedangkan pekerjaannya terpaksa
harus dihentikan. Mungkin karena orang mampu di sekitarnya tak ada yang mau
berbagi rezeki dengannya, atau bahkan sekedar sikap empati pun tak ia dapatkan.
Memang, sekarang ini semua orang sedang sama-sama berjuang
memerangi keadaan. Masing-masing pun punya beban dan kesulitan. Namun, bukan
berarti beban itu membuat kita lupa bahwa ada saudara di luar sana yang butuh
uluran tangan. Bukan berarti pula, bahwa kesulitan yang sedang dihadapi lantas
membuat kita seolah menutup mata terhadap nasib sesama yang tak seberuntung
kita. Mungkin problem kita saat ini sebatas tentang “apa yang bisa dilakukan
hari ini agar tidak bosan di rumah”, sedangkan problem mereka adalah “apakah
yang bisa dimakan hari ini supaya bisa bertahan hidup”. Sepertinya semua orang
perlu mengerti tentang rasa peduli.
Terkadang suatu perbuatan yang terlihat menyimpang dan tak
berperikemanusiaan itu bukan semata-mata murni kesalahan dari sang pelaku saja.
Bahkan, kalau boleh memilih sebenarnya si pelaku sendiri pun tak sampai hati
untuk melakukan itu. Namun, apa boleh buat, keterpaksaan membuat pikirannya tak
jernih lagi dan mengalahkan prinsip hidup yang selama ini dipegang. Sehingga
terjadilah perilaku-perilaku menyimpang di masyarakat seperti kasus pencurian
itu. Bukan, ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Melainkan
tentang siapa yang makna apa yang bisa diambil dari kejadian itu, juga tentang
apa yang perlu diperbaiki supaya kejadian serupa tidak kebambali terulang.
Komentar
Posting Komentar