DIARYKU #6
Nama : Aprita
Nur Rachma
NIM :
18413241025
Prodi : Pendidikan Sosiologi 2018 A
04 APRIL 2020
“RABU ISTIMEWA UNTUKKU”
Perkuliahan etika yang kami lakukan selama masa #dirumahaja ini
melalui video conference. Memang, kami bisa saling melihat wajah-wajah
teman-teman satu kelas kami beserta dosen kami. Namun, tetap saja lain rasanya
dengan kuliah di kampus. Diary kali ini bukan lagi tentang keluh kesahku selama
kuliah online yang kalau diceritakan tidak akan ada habisnya, namun lebih
kepada sesuatu yang berbeda di perkuliahan kami beberapa hari lalu. Hari Rabu,
tanggal 1 April kemarin cukup spesial
untukku. Selain karena hari itu bertepatan dengan hariku lahir ke dunia ini,
ada hal lain yang membuatku dan mungkin teman-teman satu kelas juga excited.
Apakah itu? Perkuliahan pada hari itu kami masih sama menggunakan vido
conference, namun yang menjadi spesial di hari itu dosen kami mendatangkan
guest star di perkuliahan kami. Siapakah guest starnya? Namanya Bu Suyin,
seorang guru muda yang pada hari itu menceritakan pengalaman mengajarnya yang
luar biasa kepada kami. Beliau adalah guru di SMA N 2 Playen, Gunungkidul.
Sebagai seorang guru muda, tentunya banyak sekali tantangan dan hal baru yang
beliau dapatkan selama mengajar. Nah, hal itulah yang beliau ceritakan kepada
kami dan dengan sekejap berhasil membawa kami tenggelam pada cerita beliau.
Sangat memotivasi.
Beberapa poin yang
menarik untukku dan tentunya masih relevan dengan topik etika dari apa yang
disampaikan Bu Suyin adalah ketika beliau menyampaikan tentang “siswa dari
sudut pandang guru”, atau tentang bagaimana etika seorang guru dalam memandang
siswa-siswanya. Berdasarkan apa yang
disampaikan Bu Suyin, seorang guru perlu melihat semua siswa itu setara. Guru
tidak berhak membeda-bedakan siswanya, dan memberikan judgment tertentu. Karena
pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Tiap siswa pasti memiliki nilai unggul masing-masing dan itu
berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa lainnya, sehingga tidak bisa
dipukul rata. Terkadang juga, siswa yang di cap sebagai ‘anak nakal’ itu
sebenarnya memiliki potensi yang bisa jadi tidak dimiliki oleh anak lain, hanya
saja ia membutuhkan sebuah wadah untuk menyalurkan bakat dan potensi yang ia
miliki. Nah, disinilah tugas guru untuk membantu siswa dalam menggali
potensinya dan mengarahkan ke jalan yang tepat.
Komentar
Posting Komentar