DIARYKU #14
Nama : Aprita
Nur Rachma
NIM :
18413241025
Prodi :
Pendidikan Sosiologi 2018 A
10 Mei 2020
“Sudah, Jangan Manja”
Malam ini aku menyesal akan suatu hal. Situasi sulit di tengah
pandemi, tugas kuliah, tanggungjawab organisasi, dan targetan bulan Ramadhan
yang wajib dipenuhi bukan lagi ku lihat sebagai sebuah beban. Melainkan itu
adalah seperangkat cara Tuhan memberiku pelajaran untuk belajar mengalahkan
ego. Dengan ketiga hal di atas yang meliputi hari-hariku di tengah situasi
#dirumahaja hampir 2 bulan ini, ego yang
ada di dalam diriku yang selama ini selalu ingin menjadi yang utama mau tidak
mau harus dikesampingkan terlebih dahulu. Karena tanggungjawab menuntut untuk
diprioritaskan. Jujur, kemarin-kemarin aku seringkali terlena dengan terlalu
banyak mengikuti ego, membiarkan diri mengikuti apa maunya, dan menomor duakan
tanggungjawab.
Apa yang meracuni pikiranku selama ini, pikirku. Dengan dalih
menyayangi diri sendiri, membuatku enggan untuk memacu tubuh ini agar bekerja
lebih keras lagi. Alhasil, bukan jiwa
sehat yang aku dapatkan, namun justru jiwa pemalas karena terbiasa
dimanja. Entah kemarin aku lupa atau belum paham bahwa bukan begitu cara
mencintai diri sendiri. Terlalu sering mempermudah diri sendiri bukannya
membuat seseorang menjadi semakin cinta dengan dirinya, yang ada ego yang
senang karena setiap hari dituruti maunya.
Teruntuk diri, maaf karena khilafku kemarin justru memperburuk
keadaan. Aku janji, besok dan seterusnya akan lebih bangga menjadi diriku yang
selalu menyibukkan diri dengan segala hal baik yang akan memacu diriku untuk
terus berkembang dan mekar. Bukan karena tidak sayang dengan diri sendiri.
Namun justru karena terlalu sayang, aku tidak mau diri ini jadi malas-malasan
dan tidak berguna. Kalaupun nanti di tengah jalan terasa lelah, aku tidak akan
memaksa tubuhku untuk terus berlari. Justru aku akan memintanya untuk
beristirahat sebentar, sembari mengumpulkan energi positif agar siap kembali
bekerja. Ya, bukan lagi menyayangi diri dengan memanjakannya namun mencintai
diri sendiri dengan terus mengajaknya ‘bergerak’. Karena sejatinya tubuh ini
bukan sepenuhnya milikku. Tuhan memberiku kehidupan dan tubuh yang sehat agar
diri ini mampu berbuat lebih banyak lagi untuk menebar kebermanfaatan.
Ternyata banyak sesuatu yang baru ku sadari akhir-akhir ini.
Mungkin karena punya banyak waktu luang, jadi ada banyak hal yang
kemarin-kemarin belum sempat terpikirkan jadi tiba-tiba bermunculan dan
memenuhi kepalaku. Tidak henti-hentinya ku terpesona atas eloknya cara Tuhan
untuk memberi petunjuk terhadap hamba-Nya yang salah arah. Dan menurutku,
situasi di tengah pandemi ini adalah salah satu cara-Nya.
Komentar
Posting Komentar