DIARYKU #12
Nama : Aprita
Nur Rachma
NIM :
18413241025
Prodi : Pendidikan
Sosiologi 2018 A
06 Mei 2020
“Hari Ini Tak Se- Asik Biasanya”
Pagi ini berbeda dari biasanya, selama Ramadhan ini biasanya aku tidur
selepas subuh sehingga waktu pagiku sering terlewat begitu saja. Namun, tidak
untuk hari ini, entah mengapa rasanya aku ingin merasakan suasana pagi. Karena
waktu masih pukul 06.00, dan rasanya terlalu pagi untuk mandi dan hawa dingin
juga masih menyumbat hidungku. Jadi, ku putuskan untuk bergegas dari tempat
tidur, ambil laptop dan keluar dari singgasana ternyamanku (read : kamarku).
Ruang makan menjadi tempat pilihanku untuk berkutat dengan laptop,
menurutku di sana adalah spot yang pas karena ada pintu yang langsung
menghubungkan dengan halaman samping rumah. Mungkin tubuhku memang sedang butuh
udara pagi yang sejuk, dan mataku sudah rindu menikmati suasana pagi dengan sinar
matahari yang masih memincing, dedaunan yang berembun, tanah yang basah bekas
hujan kemarin, dan suara ayam berkokok di belakang rumah yang terdengar samar.
Sembari memutar playlist favorit, ku biarkan jari-jariku beradu dengan
papan ketik, entah apa yang ingin ku tuangkan di selembar microsoft word.
Sebenarnya ada beberapa tugas kuliah yang menanti untuk ku sentuh, tetapi
otakku belum siap bekerja lebih keras dan masih butuh pemanasan ringan. Jadi,
menulis diary adalah hal tepat untuk memanaskan otakku. Toh, sejujurnya ini pun
tugas salah satu mata kuliahku haha. Sambil menyelam minum air tidak masalah
kan.
Oiya, ini hari
Rabu. Tiba-tiba teringat akan rutinitas pagi semasa kuliah beberapa minggu lalu.
Harusnya setiap hari Rabu, sepagi ini aku sudah sibuk dengan persiapan sebelum
kuliah pagi. Menyetrika baju, mandi pagi, sarapan kalau sempat, menyiapkan
bekal, dan berbenah diri agar setidaknya terlihat lebih enak dipandang. Kalau
tidak ingin terlambat, sebelum pukul 7 tepat aku harus sudah berangkat dari
rumah karena perjalanan dari rumah ke kampus membutuhkan waktu sekitar 30 menit,
itu pun kalau jalanan tidak macet. Ah, ternyata rindu juga bermacet-macetan dan
berpanas-panas ria di jalan. Meskipun seringkali membuat emosiku memuncak,
namun justru hal itu yang membuatku rindu. Karena semacet apapun, jalanan di
jogja tetap penuh kenangan.
Namun, sudah satu bulan lebih rutinitas itu tidak ku jalankan
karena situasi dan kondisi yang memaksa kita semua tinggal di rumah. Alhasil,
kuliah pun menjadi tidak se-asik biasanya. Cukup bermodalkan smartphone,
kuota, dan dandanan alakadarnya untuk video conference sudah bisa ikut
kuliah dari rumah. Selain itu, sebenarnya ada satu etika berkuliah di rumah
yang mungkin sering dilalaikan. Ya, meskipun kuliah tidak dilakukan secara
langsung dengan tatap muka namun bukan berarti tidak perlu memperhatikan etika
dan adab menuntu ilmu, kan? Badan bersih, berpakaian rapi, posisi duduk yang
sopan, dan menghargai dengan cara fokus terhadap perkuliahan. Harusnya hal-hal
semacam itu tetap dilakukan dengan semestinya oleh kita, namun karena tidak ada
pengawas dan sanksi tertentu jadi sering diremehkan. Ada yang kuliah sambil
rebahan, pakaian tidak ada bedanya dengan baju tidur, cuci muka tanpa mandi
sudah dianggap cukup, bahkan sambil makan atau melakukan kegiatan lain. Itu
semua memang kembali lagi kepada kita sebagai pribadi masing-masing, bagaimana
cara kita menghargai sesuatu, bagaimana prinsip kita untuk tetap menerapkan
aturan meskipun tidak ada sanksi jika melanggarnya, dan bagaimana etika tetap
kita jalankan dalam situasi apapun.
Komentar
Posting Komentar