DIARYKU #9

Nama               : Aprita Nur Rachma

NIM                : 18413241025

Prodi               : Pendidikan Sosiologi 2018 A

4 Mei 2020

“Ketika Yang Dinanti dan Tidak, Tiba Bersamaan”

Ramadhan, di tengah pandemi. Dua hal yang bertolak belakang namun melebur menjadi satu pada sebuah kondisi. Di satu sisi kedatangan bulan suci Ramadhan adalah momen yang paling dinanti oleh jutaan umat muslim di dunia. Di lain sisi, Indonesia bahkan dunia sedang ditimpa wabah corona yang belum juga usai dan tentunya hal itu sangat tidak diinginkan kehadirannya oleh manusia mana pun. Lalu? Ya, berdamai dengan keadaan menjadi satu-satunya pilihan yang mau tidak mau harus dijalani.

Mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Tak dapat dipingkiri itu memamg sifat alamiah manusia. Mengeluh karena bosan di dalam rumah, tak bisa pergi ke mana-mana dan menikmati suasana Ramadhan seperti biasanya, sampai lupa bahwa di luar sana masih banyak pejuang untuk pulang ke rumah saja tidak bisa karena terhalang keadaan, bahkan untuk sekedar berkeluh kesah pun mereka tak sempat.

Terkadang manusia memang harus ingat satu hal, bahwa sejatinya kita tak pantas untuk mengeluh sekalipun merasa seolah dirinya adalah yang paling sengsara di dunia ini. Karena semenderita apapun kondisi kita masih ada yang lebih menderita lagi, bahkan jauh lebih menderita. Namun, Tuhan tidak mungkin berbuat sesuatu tanpa alasan dibaliknya. Masalah dan solusi sudah menjadi satu paket mutlak bagi-Nya. Begitu pun dengan kondisi bumi kita saat ini, anggap saja semua ini adalah parcel lebaran dari Tuhan berupa sepaket masalah wabah beserta jalan keluar yang masih terus kita usahakan.

Bagaimana denganku? Sama seperti manusia pada umumnya, aku pun sedih, khawatir, marah, takut, bosan. Jika corona berbentuk manusia, ingin sekali rasanya ku maki dia dan ku usir dari bumi ini. Namun, mengerti wujudnya seperti apa pun tidak.

Mungkin berteriak sekencang-kencangnya dan menangis tanpa ada yang mengganggu bisa sedikit membantu meringankan beban. Sayangnya, bukan begitu cara mencari solusi dari sebuah masalah. Menangis memang melegakan, tapi tidak menyelesaikan. So, bertahan hidup dan tetap kuat serta menguatkan satu sama lain adalah sebuah keharusan di tengah kondisi saat ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIARYKU #1

DIARYKU #3

ARTIKEL KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM