DIARYKU #5
Hari ini aku mendapat
sebuah pelajaran lagi, berkaitan dengan etika kita terhadap orang lain. Kali
ini masih tentang etika murid kepada guru atau mahasiswa kepada dosennya.
"Saya marah,
sungguh. Ketika saya sedang berusaha untuk menjelaskan materi sejelas-jelasnya
tapi yang kalian lakukan di belakang malah ngobrol sendiri. Badan kalian ada di
sini, jadi seharusnya kalian bisa menghargai dosen yang sedang berbicara di
depan. Kalau mau ngobrol lebih baik di luar saja, dan saya tidak peduli nama anda
siapa". Kurang lebih begitu, sebuah
kalimat yang sukses membuat suasana kelas kami berubah menjadi tegang layaknya sedang
menonton sebuah adegan di film horror. Perkataan
dari dosenku satu ini
cukup tajam untuk menembus ke hati,
sangat priceless bagiku. Padahal kalimat itu hanya cuplikan dari beberapa
paragraf perkataan yang beliau lontarkan kepada kami siang tadi, namun seakan mampu
menjadi sebuah tamparan yang menyadarkanku dari lamunan. Panjang, lebar, dan
tajam.
Terkadang
manusia hanya itu ingin didengar, tanpa mau berusaha untuk mendengarkan orang
lain. Serupa dengan ingin dimengerti, tetapi tak mau mencoba untuk mengerti. Ini
egois namanya. Normalnya, ketika
ingin diperlakukan dengan baik, maka
kita juga harus berlaku baik kepada orang lain
terlebih dahulu. Ini baru dapat dikatakan impas.
Sama halnya ketika ingin didengar, kita juga harus belajar untuk mendengarkan
orang lain. Meskipun terkadang apa yang dibicarakan berlainan dengan apa yang kita pahami,
namun hal itu tak lantas
menjadi alasan bagi kita untuk
tidak mendengarkan
orang lain. Belajar menghargai
orang lain itu penting.
Karena pada dasarnya, bagaimana sikap kita ke orang lain akan berimplikasi pada bagaimana sikap orang lain
terhadap kita. Bisa
dikatakan, hal itu sudah menjadi hukum alam. Ya, kurang
lebih seperti itulah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar