DIARYKU #15

Nama               : Aprita Nur Rachma

NIM                : 18413241025

Prodi               : Pendidikan Sosiologi 2018 A

12 Mei 2020

“2020 VS 1960-an”

Setiap hari aktivitasku hanya sebatas segala hal yang dilakukan di rumah, sampai hampir kehabisan bahan cerita. Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan di rumah. Namun, karena kondisi sedang puasa jadi kurang bertenaga untuk melakukan aktivitas yang terlalu banyak memakai tenaga. Jadi, aktivitas yang dilakukan cukup aktivitas yang ringan-ringan saja. Seperti hari ini, selepas buka puasa menyempatkan diri untuk berbincang dengan keluarga. Entah dari mana awal mula perbincangan kami, tau-tau sampai pada pembicaraan tentang politik. Bapak menceritakan kepadaku tentang kondisi sekitar tahun 1960-an, ketika pada masa itu pendidikan sempat ditunda sementara selama 6 bulan karena situasi politik yang kurang kondusif saat itu. Kata bapak fenomena itu mrip-mirip dengan yang terjadi saat ini, pendidikan macet, perekonomian tidak stabil,  situasi tidak nyaman. Hanya saja, penyebabnya yang berbeda. Kalau dulu karena situasi politik, kalau sekarang karena wabah virus. Tapi benar juga pikirku, kondisi tahun 1960an itu bisa terulang kembali saat ini. Pendidikan dan aspek kehidupan penting lainnya bisa benar-benar terbengkelai selama pandemi belum berakhir.

Aku sempat menanyakan ke bapak, apakah pada saat itu orang-orang tetap beraktivitas seperti biasa atau semua orang jadi takut keluar rumah seperti sekarang? Cuma anak-anak sekolah yang diliburkan, kalau para pekerja tetap berangkat kerja begitu jawab bapak. Kemudian aku menimpali lagi, lebih enak dulu masih bisa kemana-mana, tidak seperti sekarang yang mau tidak mau harus diam di rumah kalau mau aman.

Tetapi setelah ku pikir-pikir, ternyata masih enak sekarang. Karena saat itu ketika sekolah diliburkan, anak-anak tidak bisa belajar sama sekali mengingat sumber belajar mereka hanya dari guru, hanya itu yang mereka andalkan. Dan ketika sekolah libur, hilanglah sudah sumber belajar mereka.

Sedangkan sekarang, ketika sekolah diliburkan anak-anak masih bisa sekolah dari rumah via aplikasi di gadget dan belajar dari sumber-sumber lain seperti internet. Karena kemajuan zaman yang pesat, generasi saat ini menjadi lebih beruntung daripada generasi zaman dahulu yang belum mengenal teknologi canggih.

Lalu, ibuku menambahi dengan menceritakan tentang kondisi yang dialaminya dulu. Saat peristiwa tersebut ibuku masih balita, katanya pada masa itu banyak orang yang dibunuh karena dituduh PKI. Beliau ingat ketika teman semasa kecilnya menangis sejadi-jadinya karena ayahnya menjadi korban pembunuhan akibat dituduh bahwa dirinya adalah anggota PKI. Aduh miris sekali, batinku.

Ternyata, masih banyak yang bisa disyukuri dengan kondisi yang bahkan kelihatannya terburuk sekalipun. Terbukti dengan keadaan bumi saat ini yang terlihat lebih cantik karena berkurangnya polusi-polusi yang sebelumnya sempat menutupi kecantikannya. Ibuku bilang begitu, habis melihat berita di tv katanya.

Kakakku pun sempat mengabarkan beberapa berita tentang virus corona yang ia baca di sosial media. Katanya, penyembuhan terbaik itu dari diri sendiri. Yaitu bagaimana seseorang yang telah terinfeksi bisa menjaga kondisi dan ketahanan tubuhnya supaya bisa memerangi virus yang sudah bersarang. Perbincangan pun berakhir karena adzan isya sudah berkumandang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIARYKU #1

DIARYKU #3

ARTIKEL KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM