DIARYKU #8

Nama               : Aprita Nur Rachma

NIM                : 18413241025

Prodi               : Pendidikan Sosiologi 2018 A

 

“Saat Hati Nurani Dikesampingkan”

25 APRIL 2020

Setelah minggu lalu perkuliahan etika tidak melalui video conference, akhirnya hari ini kami kembali bertatap muka melalui layar kaca smartphone kami.

Beberapa waktu lalu, kami sempat digemparkan dengan berita zoombombing. Katanya sudah banyak korban yang kehilangan uang di ATM karena datanya dicuri lah, ada yang handphonenya disadaplah. Entah, siapa yang tega-teganya mengambil kesempatan di tengah kondisi sulit ini dengan kelihaiannya bermain curang. Di masa pandemi ini, orang-orang diharuskan untuk physical distancing, sehingga banyak meeting yang seharusnya dilakukan dengan bertatap muka langsung berpindah melalui aplikasi. Namun, ada orang-orang ‘cerdas’ yang menggunakan kesempatan ini. Kabarnya, mereka mencuri data yang diinput oleh para user dalam aplikasi zoom. Entah bagaimana caranya, kemudian mereka menggunakan data tersebut untuk mengambil apapun yang bisa mereka ambil dan menggunakannya untuk keuntungan pribadi. Sudah tidak paham lagi rasanya dengan segala ‘kreativitas’ para manusia dalam menghadapi situasi ini. Agaknya setiap orang punya cara masing-masing untuk menghadapi suatu masalah, juga untuk terus bertahan hidup di masa-masa sulit seperti sekarang ini. Caranya pun macam-macam, yang jelas hanya ada 2 tipe manusia dalam hal ini. Pertama, manusia yang tetap kuat bertahan dan berjalan di jalan yang benar meski harus merangkak agar mampu keluar dari kondisi sulit ini. Kedua, manusia yang memilih berjalan seenaknya melalui jalan pintas dan tak peduli kalaupun itu adalah jalan yang salah, asalkan bisa membawanya sampai tujuan dengan cepat dan mudah.

Ya, beda kepala memang berbeda pula isi otaknya, pun jalan pikirannya. Namun, ada yang serupa, yakni hati nurani. Semua manusia normal tentu mempunyai organ tubuh yang bernama hati, dan setiap hati pasti terdapat nurani di dalamnya yang sebenarnya mampu menuntun manusia menuju hal-hal baik. Tetapi, porsi setiap orang dalam menggunakan nurani memang tak sama. Ada yang lebih banyak menuruti jalan pikirannya yang kotor, dan ada pula yang terlalu banyak mempertimbangkan kata hati nurani sampai logikanya sering dikalahkan. Memanage penggunaan hati dan pikiran agar mampu digunakan secara seimbang itu juga perlu, supaya tindakan yang masuk akal namun tetap sesuai nurani dapat tercipta. Paling tidak tindakan yang tak merugikan orang lain, juga dirinya sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIARYKU #1

DIARYKU #3

ARTIKEL KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM